BAB V
EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO
A.
PERBEDAAN ANTARA EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO
No.
|
Keterangan
|
Ekonomi Mikro
|
Ekonomi Makro
|
1.
|
Pengertian
|
Ilmu yang mempelajari aktivitas-aktivitas perekonomian
yang bersifat bagian kecil, sehingga memusatkan perhatiannya pada masalah
bagaimana konsumen akan mengalokasikan pendapatannya yang terbatas terhadap
berbagai macam barang dan jasa yang dibutuhkan, yang akhirnya memperoleh
kepuasan maksimum.
|
Ilmu Ekonomi yang mempelajari mekanisme bekerjanya
perekonomian secara keseluruhan. Dengan demikian hubungan kausal yang
dipelajari dalam ekonomi makro, pada intinya adalah hubungan antar variabel-variabel
ekonomi agregatif (secara keseluruhan).
|
2.
|
Ruang lingkup yang dipelajari
|
a.
Permintaan, penawaran dan keseimbangan pasar
b.
Elastisitas permintaan dan elastisitas penawaran
c.
Teori perilaku konsumen
d.
Teori produksi, biaya produksi, penerimaan produsen
dan laba
e.
Pasar persaingan sempurna
f.
Pasar Monopoli
g.
Pasar oligopoli
h.
Pasar Persaingan monopolistik
i.
Permitaan akan input
j.
Mekanisme harga (harga maksimum dan harga minimum)
|
a.
Penghitungan pendapatan nasional
b.
Keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian dua
sektor
c.
Keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian
tiga sektor
d.
Kebijakan fiskal dan sistem perpajakan
e.
Uang, Bank dan Penciptaan uang
f.
Kebijakan moneter dan Uang yang beredar
g.
Pasar uang dan Pasar tenaga kerja
h.
Teori inflasi
i.
Perdagangan luar negeri, nilai valuta asing dan neraca
pembayaran
j.
Perdagangan luar negeri dan tingkat kesimbangan
pendapatan nasional
k.
Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
|
D. KEBIJAKAN
MONETER DAN PENGARUHNYA DALAM PEREKONOMIAN
1. Pengertian Kebijakan moneter
Kebijakan moneter atau politik moneter
adalah kebijakan yang meliputi langkah-langkah pemerintah yang dilaksanakan
oleh Bank Sentral (Bank Indonesia) untuk mempengaruhi (merubah) penawaran uang
(jumlah uang yang beredar) dalam perekonomian atau merubah tingkat bunga,
dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat.
Kebijakan moneter dibedakan menjadi
dua macam yaitu :
a. Kebijakan
Moneter Ekspansif (Easy Money Policy / politik uang longgar) adalah
kebijakan untuk meningkatkan permintaan agregat sehingga dapat menaikkan
pendapatan nasional atau produksi nasional dan berakibat terjadi kenaikan
harga-harga (inflasi). Permintaan
Agregat (Aggregate Demand : AD)
adalah permintaan keseluruhan dalam
perekonomian pada berbagai tingkat harga.
b. Kebijakan
Moneter Kontraktif (Tight Money Policy / Politik uang ketat)adalah
kebijakan untuk meningkatkan penawaran agregat sehingga dapat menambah produksi
barang/jasa nasional dan berakibat terjadi penurunan harga-harga (deflasi). Penawaran Agregat (Aggregate Supply : AS) adalah
pendapatan nasional riil (nilai barang dan jasa) yang akan
diproduksikan/diciptakan oleh perusahaan pada berbagai tingkat harga.
2. Jenis-jenis / Bentuk-bentuk kebijakan
moneter
a. Kebijakan Moneter Kuantitatif
Kebijakan moneter dalam rangka untuk
mempengaruhi JUB yang bersifat kuantitatif antara lain:
a. Discount Policy (Politik diskonto)
artinya kebijakan untuk menaikkan atau menuruntak suku bunga bank dalam rangka
untuk memperlancar likuiditas sehari-hari.
b. Open Market Policy (Politik pasar
terbuka atau operasi pasar terbuka) artinya Kebijakan untuk memperjualbelikan surat-surat berharga oleh
Bank Indonesia di pasar uang.
c.
Cash
Receive Ratio (Politik Cadangan Kas atau Giro wajib minimum) artinya kebijakan
untuk menaikan atau menurunkan cadangan
kas yang harus ada di bank-bank umum.
Jumlah uang yang beredar dapat dirumuskan
sebagai berikut :
2.
Kebijakan Moneter Kualitatif
a. Plafon Credit Policy (Politik Pagu
kredit) artinya kebijakan untuk mmperketat atau mempermudah dalam pembelian
pinjaman kepada masyarakat.
b. Moral Suation Policy (Politik
Pembujukan Moral) artinya Bank Indonesia menghimbau kepada bank-bank umum untuk
mempertimbangkan kondisi ekonomi secara makro agar arus uang dapat
berjalanlancar.
BAB VI
PENDAPATAN NASIONAL
A. KONSEP PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
1.
Komponen Pendapatan Nasional / Metode Perhitungan
Pendapatan Nasional
1.
Metode Produksi atau Pendekatan Produksi (Produck
Approach) adalah dengan
menjumlahkan nilai tambah semua barang-barang dan jasa-jasa tersebut
dijumlahkan.
Rumus :
Atau
dimana : PN = Pendapatan Nasional
Pn = Harga jual suatu produk
Qn = Hasil produksi
2.
Metode Pengeluaran atau Pendekatan Pengeluaran
(Expenditure Approach) adalah dengan menjumlahkan pengeluaran atau expenditure dari
masing-masing sektor dalam perekonomian, yaitu : Pengeluaran konsumsi (C),
Pengeluaran Investasi (I), Pengeluaran pembelian pemerintah (G), dan Ekspor
(X), Impor (M) atau Expor netto (X-M).
Rumus :
3.
Metode Pendapatan atau Pendekatan Pendapatan (Income
Approach) adalah dengan menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor produksi, yang
terdiri dari sewa (rent), upah dan gaji (wage and salary), bunga (interest),
dan laba (profit).
Rumus :
2.
Kegiatan Ekonomi yang tidak termasuk dalam Pendapatan
Nasional
Kegiatan ekonomi
yang tidak dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional adalah Pendapatan
Pribadi, yakni
semua jenis pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan
sesuatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu Negara, diantaranya :
a) pembayaran uang pensiun kepada
pegawai pemerintah yang tidak bekerja lagi
b) bantuan kepada orang-orang cacat,
veteran dan berbagai bea siswa yang diberikan pemerintah
c) pendapatan bunga atas utang negara
dan bunga atas pinjaman untuk konsumsi
d) sumbangan bencana alam
e) bantuan-bantuan yang diberikan
kepada para penganggur
f) petani yang menanam tanaman ganja
g) ibu rumah tangga yang mengerjakan
sendiri pekerjaan-pekerjaan rumah tangga
2.
Konsep dan cara perhitungan pendapatan nasional
Dalam perhitungan pendapatan nasional
suatu negara dikenal beberapa konsep pendapatan nasional, yaitu :
1. GDP (Gross Domestic Product = Produk
Domestik Bruto) adalah
jumlah seluruh produksi yang dihasilkan masyarakat, baik masyarakat asing yang
berada di dalam negeri, maupun masyarakat nasional dalam waktu satu tahun.
2. NDP (Nett Domestic Product = Produk
Domestik Bersih) adalah
GDP setelah dikurangi dengan penyusutan dan perbaikan barang modal
3. GNP (Gross National Product = Produk
Nasional Bruto) adalah
jumlah seluruh produk yang dihasilkan oleh masyarakat suatu negara tanpa
menghitung produk yang dihasilkan oleh masyarakat asing di dalam negeri dalam
waktu satu tahun.
4. NNP (Nett National Product = Produk
Nasional Bersih) adalah
GNP setelah dikurangi dengan penyusutan dan perbaikan barang modal.
5. NNI (Nett National Income = Pendapatan
Nasional Bersih) adalah
NNP setelah dikurangi dengan pajak tidak langsung, yang merupakan pendapatan
nasional yang dihitung berdasarkan balas jasa yang diterima para pemilik faktor
produksi.
6. PI (Personal Income = Pendapatan
Perseorangan) adalah
NNI dikurangi dengan dana sosial, pajak perusahaan, laba yang ditahan dan
ditambah transfer payment pemerintah, yang merupakan pandapatan yang diterima
oleh masyarakat atau rumah tangga.
7. DI (Disposible Income = Pendapatan
yang siap dibelanjakan)
adalah pendapatan yang benar-benar diterima oleh masyarakat dan siap untuk
dibelanjakan. Besarnya DI yaitu PI setelah dikurangi dengan pajak
langsung/pajak personal/pajak perseorangan. DI dipergunakan untuk dua sektor,
yaitu :Saving (tabungan) Compsumtion (konsumsi)
Sedangkan
PNB Riil dihitung
dengan rumus :
B. DISTRIBUSI
PENDAPATAN NASIONAL
Distribusi pendapatan
nasional merupakan unsur penting untuk mengetahui tinggi rendahnya
kesejahteraan atau kemakmuran suatu Negara. Untuk mengetahui tingkat pemerataan
distribusi pendapatan suatu Negara dapat diketahui dari grafik yang dinamakan Kurva
Lorenz, artinya kurva yang menggambarkan hubungan antara distribusi jumlah
penduduk dengan distribusi pendapatan. Sedangkan indicator untuk mengukur
tingkat ketimpangan distribusi pendapatan adalah Koefisien Gini atau Indeks
Gini.
Untuk
lebih jelasnya perhatikan kurva Lorenz berikut ini.
|
|
|||
B
|
|
Kriteria
nilai Indeks Gini atau Koefisien Gini sebagai berikut :
a.
Kurang
dari 0,4 atau 40%, tingkat ketimpangannya rendah
b.
Antara 0,4 (40%) sampai dengan 0,5 (50%), tingkat
ketimpangannya sedang
c.
Lebih besar dari 0,5 atau 50%, tingkat ketimpangannya
tinggi
D. PENDAPATAN PERKAPITA.
Pendapatan
Perkapita adalah
Pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk dalam suatu Negara selama kurun
waktu 1 tahun, atau ditentukan oleh besarnya pendapatan nasional dan jumlah
penduduk.
Pendapatan perkapita dapat dihitung
sebagai berikut :
Atau
Tinggi rendahnya PDB atau PNB dan Pendapatan perkapita
suatu Negara oleh Bank Dunia dikelompokkan ke dalam 4 kelompok berdasarkan
pendapatan perkapita pada tahun 2003, yaitu :
a.
Kelompok Negara berpendapatan rendah (low income
economies), yaitu Negara-negara yang memiliki PNB perkapita sekitar $ 675 atau
kurang
b.
Kelompok Negara berpendapatan menengah bawah (lower
middle income economies), yaitu Negara-negara yang mempunyai PNB perkapita
sekitar $ 675 sampai dengan $ 2.695
c.
Kelompok Negara berpendapatan menengah tinggi (upper
middle income economies), yaitu Negara-negara yang mempunyai PNB perkapita
sekitar $ 2.696 sampai dengan $ 8.335
d.
Kelompok Negara berpendapatan tinggi (hight income
economies), yaitu Negara-negara yang mempunyai PNB perkapita sekitar $ 8.335
atau lebih
Pendapatan per kapita suatu negara
dinyatakan dengan nilai tukar uang luar negeri atau dinyatakan dalam dollar
Amerika Serikat, sehingga dapat membandingkan dengan negara lain, terutama
negara-negara sekitar yang dekat, misalnya ASEAN dan G-20
Berikut ini data pendapatan perkapita
dari beberapa negara di dunia tahun 2009 yang tergabung dalam G-20 :
No.
|
Negara
|
Pendapatan
Perkapita
|
No.
|
Negara
|
Pendapatan
Perkapita
|
1.
|
Amerika Serikat
|
$ 45.550
|
11.
|
Meksiko
|
$ 7.703
|
2.
|
Kanada
|
$ 38.589
|
12.
|
Brazil
|
$ 6.526
|
3.
|
Perancis
|
$ 39.922
|
13.
|
Argentina
|
$ 7.732
|
4.
|
Inggris
|
$ 32.798
|
14.
|
Turki
|
$ 7.840
|
5.
|
Jerman
|
$ 37.307
|
15.
|
Afrika Selatan
|
$ 4.943
|
6.
|
Italia
|
$ 33.253
|
16.
|
Arab Saudi
|
$ 14.656
|
7.
|
China
|
$ 3.622
|
17.
|
India
|
$ 982
|
8.
|
Rusia
|
$ 8.230
|
18.
|
Indonesia
|
$ 2.030
|
9.
|
Jepang
|
$ 39.116
|
19.
|
Australia
|
$ 34.974
|
10.
|
Korea Selatan
|
$ 14.946
|
20.
|
EU27
|
$ 30.844
|
Sumber : IMF
|
BAB VII
KONSUMSI, TABUNGAN DAN INVESTASI
A. FUNGSI
KONSUMSI DAN TABUNGAN
1. Pengertian
|
a. Ditinjau
dari segi perseorangan
b. Ditinjau
dari segi perusahaan
Dari dua persamaan tersebut berarti besarnya
2. Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan
antara konsumsi (C) dengan pendapatan (Y). pada umumnya fungsi konsumsi
diasumsikan mempunyai persamaan linear, sebagai berikut.
Syarat
mutlak fungsi Konsumsi :
Nilai a = Harus positif
Nilai
b = Harus positif
Dimana:
C = tingkat konsumsi nasional
a = besarnya pengeluaran konsumsi pada saat pendapatan nasional nol atau Autonomous Consumption.(konsumsi otonom)
b = MPC (Marginal Propencity to consume) yaitu hasrat
untuk berkonsumsi batas
Untuk mengetahui
besarnya a, dihitung dengan menggunakan rumus.
Dimana APC menunjukkan besarnya Average Propencity to
Consume artinya hasrat untuk berkonsumsi rata-rata. MPC adalah perbandingan
antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat pendapatan nasional, dengan
besarnya tingkat pendapatan nasional itu sendiri.
Jadi:
|
Sedangkan
3.
Fungsi Tabungan
Fungsi
tabungan yaitu fungsi yang menunjukkan hubungan antara tabungan (S) dengan
pendapatan (Y).
Fungsi tabungan dapat dirumuskan sebagai berikut
Syarat
Mutlak fungsi tabungan :
Nilai
a = harus negatif
Nilai
1 – b = harus positif
|
||||
Dimana:
S = tingkat tabungan nasional.
1 – b = MPS
(Marginal Propencity to save) yaitu hasrat untuk menabung batas.
4.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi konsumsi dan tabungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi dan tabungan
negara atau masyarakat diantaranya :
1.
Tingkat
pendapatan rumah tangga
2.
Kekayaan yang
telah terkumpul
3.
Tingkat suku
bunga yang berlaku
4.
Sikap berhemat /
tidak berlebihan dalam berbelanja
5.
Keadaan
perekonomian suatu negara
6.
Distribusi
pendapatan / Pemerataan pendapatan
7.
Tersedia tidaknya
dana pensiun yang mencukupi / program pensiun
8.
Jumlah dan
komposisi penduduk atau masyarakat
5. Tingkat pendapatan BEP (Break Even Point)
atau Break Even Income (BEI).
Tingkat
pendapatan BEP adalah tingkat pendapatan di mana besarnya pendapatan sama
dengan besarnya pengeluaran untuk konsumsi.
Dimana
Y = Tingkat Pendapatan
C
= Fungsi Konsumsi
S =
Fungsi Tabungan
6. Hubungan Antara MPC (marginal Propencity
to Consume) dengan MPS (Marginal Propencity to Save)
Hubungan Antara MPC apat dinyatakan seperti berikut ini.
7. Angka Pengganda
(Multiplier)
Angka pengganda atau Angka Pengganda Pendapatan adalah
angka yang menunjukkan tambahan pendapatan nasional akibat adanya perubahan
konsumsi atau tabungan. Angka pengganda biasa ditulis dengan huruf k dan
dirumuskan sebagai berikut.
atau
Angka pengganda pendapatan tersebut juga sama dengan atau
berlaku untuk angka pengganda belanja pemerintah (Government Multiplier), angka
pengganda Investasi (Investment Multiplier) dan angka pengganda Ekspor / ekspor
netto (Export Multiplier).
Angka pengganda Pajak dirumuskan :
atau
Angka pengganda Impor dirumuskan :
|
|||
8. Grafik fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
- Untuk fungsi
konsumsi dimulai dari titik a
- Untuk fungsi
tabungan dimulai dari titik –a
- Kemudian kedua
titik tersebut ditarik garis lurus memotong titik BEP
B.
HAL-HAL LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI KONSUMSI DAN
FUNGSI TABUNGAN
1. Menentukan besarnya kenaikan kunsumsi tambahan
konsumsi (▲C)
2. Menentukan besarnya kenaikan tabungan atau
tambahan tabungan (▲S)
3. Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau
tambahan pendapatan (▲Y), jika terdapat
kenaikan tabungan (▲S) atau kenaikan
Investasi (▲I)
Atau
4. Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau
tambahan pendapatan (▲Y) jika terdapat
kenaikan belanja pemerintah (▲G)
5. Menentukan
besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (▲Y) jika terdapat kenaikan belanja pemerintah (▲G) dan Pajak yang sama besarnya atau (▲G = ▲T)
Atau
6. Menentukan
besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (▲Y) jika terdapat kenaikan belanja pemerintah (▲G) dan adanya pajak proporsional t %
Dalam analisis perhitungan pendapatan
nasional suatu negara, keseimbangan perekonomian negara pada perekonomian dua
sektor, dapat dirumuskan sebagai berikut
C
= Fungsi konsumsi
I = Besarnya investasi
S
= Fungsi tabungan
C. PENDAPATAN NASIONAL DALAM PEREKONOMIAN TIGA
SEKTOR DAN EMPAT SEKTOR
1.
Perekonomian dalam Tiga Sektor
Analisis Pendapatan Nasional pada perekonomian tiga
sektor membagi aktivitas perekonomian ke dalam tiga pelaku utama dalam
perekonomian, yaitu Sektor Rumah Tangga (C), Sektor Perusahaan (I) dan
Sektor Pemerintah (G). Sehingga syarat keseimbangan dalam perekonomian
dirumuskan :
2. Perekonomian dalam Empat Sektor
Analisis Pendapatan Nasional pada perekonomian empat
sektor membagi aktivitas perekonomian ke dalam empat pelaku utama dalam
perekonomian, yaitu Sektor Rumah Tangga (C), Sektor Perusahaan (I), Sektor
Pemerintah (G) dan Sektor Luar Negeri (X – M) atau Ekspor Neto. Sehingga
syarat keseimbangan dalam perekonomian dirumuskan :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar