Jumat, 30 September 2016

Pendalaman Materi Ekonomi SMA Bab 5, 6 dan 7



BAB V
EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO

A.    PERBEDAAN ANTARA EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO
No.
Keterangan
Ekonomi Mikro
Ekonomi Makro
1.
Pengertian
Ilmu yang mempelajari aktivitas-aktivitas perekonomian yang bersifat bagian kecil, sehingga memusatkan perhatiannya pada masalah bagaimana konsumen akan mengalokasikan pendapatannya yang terbatas terhadap berbagai macam barang dan jasa yang dibutuhkan, yang akhirnya memperoleh kepuasan maksimum.
Ilmu Ekonomi yang mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan. Dengan demikian hubungan kausal yang dipelajari dalam ekonomi makro, pada intinya adalah hubungan antar variabel-variabel ekonomi agregatif (secara keseluruhan).
2.
Ruang lingkup yang dipelajari
a.   Permintaan, penawaran dan keseimbangan pasar
b.   Elastisitas permintaan dan elastisitas penawaran
c.   Teori perilaku konsumen
d.   Teori produksi, biaya produksi, penerimaan produsen dan laba
e.   Pasar persaingan sempurna
f.    Pasar Monopoli
g.   Pasar oligopoli
h.   Pasar Persaingan monopolistik
i.    Permitaan akan input
j.    Mekanisme harga (harga maksimum dan harga minimum)
a.   Penghitungan pendapatan nasional
b.   Keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian dua sektor
c.   Keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor
d.   Kebijakan fiskal dan sistem perpajakan
e.   Uang, Bank dan Penciptaan uang
f.    Kebijakan moneter dan Uang yang beredar
g.   Pasar uang dan Pasar tenaga kerja
h.   Teori inflasi
i.    Perdagangan luar negeri, nilai valuta asing dan neraca pembayaran
j.    Perdagangan luar negeri dan tingkat kesimbangan pendapatan nasional
k.   Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

D. KEBIJAKAN MONETER DAN PENGARUHNYA DALAM PEREKONOMIAN
1.    Pengertian Kebijakan moneter
Kebijakan moneter atau politik moneter adalah kebijakan yang meliputi langkah-langkah pemerintah yang dilaksanakan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia) untuk mempengaruhi (merubah) penawaran uang (jumlah uang yang beredar) dalam perekonomian atau merubah tingkat bunga, dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat.
Kebijakan moneter dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a.    Kebijakan Moneter Ekspansif (Easy Money Policy / politik uang longgar) adalah kebijakan untuk meningkatkan permintaan agregat sehingga dapat menaikkan pendapatan nasional atau produksi nasional dan berakibat terjadi kenaikan harga-harga (inflasi). Permintaan Agregat (Aggregate Demand : AD) adalah permintaan keseluruhan dalam perekonomian pada berbagai tingkat harga.
b.    Kebijakan Moneter Kontraktif (Tight Money Policy / Politik uang ketat)adalah kebijakan untuk meningkatkan penawaran agregat sehingga dapat menambah produksi barang/jasa nasional dan berakibat terjadi penurunan harga-harga (deflasi). Penawaran Agregat (Aggregate Supply : AS) adalah pendapatan nasional riil (nilai barang dan jasa) yang akan diproduksikan/diciptakan oleh perusahaan pada berbagai tingkat harga.

2.   Jenis-jenis / Bentuk-bentuk kebijakan moneter
a.    Kebijakan Moneter Kuantitatif
Kebijakan moneter dalam rangka untuk mempengaruhi JUB yang bersifat kuantitatif antara lain:
a.       Discount Policy (Politik diskonto) artinya kebijakan untuk menaikkan atau menuruntak suku bunga bank dalam rangka untuk memperlancar likuiditas sehari-hari.
b.       Open Market Policy (Politik pasar terbuka atau operasi pasar terbuka) artinya Kebijakan untuk  memperjualbelikan surat-surat berharga oleh Bank Indonesia di pasar uang.
c.        Cash Receive Ratio (Politik Cadangan Kas atau Giro wajib minimum) artinya kebijakan untuk menaikan atau menurunkan  cadangan kas yang harus ada di bank-bank umum.
      Jumlah uang yang beredar dapat dirumuskan sebagai berikut :


Text Box: Jumlah uang yang beredar =
 





2.  Kebijakan Moneter Kualitatif
a. Plafon Credit Policy (Politik Pagu kredit) artinya kebijakan untuk mmperketat atau mempermudah dalam pembelian pinjaman kepada masyarakat.
b.    Moral Suation Policy (Politik Pembujukan Moral) artinya Bank Indonesia menghimbau kepada bank-bank umum untuk mempertimbangkan kondisi ekonomi secara makro agar arus uang dapat berjalanlancar.

BAB VI
PENDAPATAN NASIONAL

A. KONSEP PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

1.     Komponen Pendapatan Nasional / Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
1.     Metode Produksi atau Pendekatan Produksi (Produck Approach) adalah dengan menjumlahkan nilai tambah semua barang-barang dan jasa-jasa tersebut dijumlahkan.
Text Box: PN = å PnQnText Box: PN = (P1Q1) + (P2Q2) + …. + (PnQn)Rumus :
Atau

dimana :    PN = Pendapatan Nasional
   Pn    = Harga jual suatu produk
               Qn   = Hasil produksi
2.   Metode Pengeluaran atau Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) adalah dengan menjumlahkan pengeluaran atau expenditure dari masing-masing sektor dalam perekonomian, yaitu : Pengeluaran konsumsi (C), Pengeluaran Investasi (I), Pengeluaran pembelian pemerintah (G), dan Ekspor (X), Impor (M) atau Expor netto (X-M).
Text Box: PN  = C + I + G + (X – M)Rumus :

3.   Metode Pendapatan atau Pendekatan Pendapatan (Income Approach) adalah dengan menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor produksi, yang terdiri dari sewa (rent), upah dan gaji (wage and salary), bunga (interest), dan laba (profit).
Text Box: PN = r + w + i + pRumus  :


2.    Kegiatan Ekonomi yang tidak termasuk dalam Pendapatan Nasional
Kegiatan ekonomi yang tidak dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional adalah Pendapatan Pribadi, yakni semua jenis pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu Negara, diantaranya :
a)    pembayaran uang pensiun kepada pegawai pemerintah yang tidak bekerja lagi
b)    bantuan kepada orang-orang cacat, veteran dan berbagai bea siswa yang diberikan pemerintah
c)     pendapatan bunga atas utang negara dan bunga atas pinjaman untuk konsumsi
d)    sumbangan bencana alam
e)    bantuan-bantuan yang diberikan kepada para penganggur
f)     petani yang menanam tanaman ganja
g)    ibu rumah tangga yang mengerjakan sendiri pekerjaan-pekerjaan rumah tangga

2.    Konsep dan cara perhitungan pendapatan nasional
Dalam perhitungan pendapatan nasional suatu negara dikenal beberapa konsep pendapatan nasional, yaitu :
1.       GDP (Gross Domestic Product = Produk Domestik Bruto) adalah jumlah seluruh produksi yang dihasilkan masyarakat, baik masyarakat asing yang berada di dalam negeri, maupun masyarakat nasional dalam waktu satu tahun.
2.       NDP (Nett Domestic Product = Produk Domestik Bersih) adalah GDP setelah dikurangi dengan penyusutan dan perbaikan barang modal
3.       GNP (Gross National Product = Produk Nasional Bruto) adalah jumlah seluruh produk yang dihasilkan oleh masyarakat suatu negara tanpa menghitung produk yang dihasilkan oleh masyarakat asing di dalam negeri dalam waktu satu tahun.
4.       NNP (Nett National Product = Produk Nasional Bersih) adalah GNP setelah dikurangi dengan penyusutan dan perbaikan barang modal.
5.       NNI (Nett National Income = Pendapatan Nasional Bersih) adalah NNP setelah dikurangi dengan pajak tidak langsung, yang merupakan pendapatan nasional yang dihitung berdasarkan balas jasa yang diterima para pemilik faktor produksi.
6.       PI (Personal Income = Pendapatan Perseorangan) adalah NNI dikurangi dengan dana sosial, pajak perusahaan, laba yang ditahan dan ditambah transfer payment pemerintah, yang merupakan pandapatan yang diterima oleh masyarakat atau rumah tangga.
7.       DI (Disposible Income = Pendapatan yang siap dibelanjakan) adalah pendapatan yang benar-benar diterima oleh masyarakat dan siap untuk dibelanjakan. Besarnya DI yaitu PI setelah dikurangi dengan pajak langsung/pajak personal/pajak perseorangan. DI dipergunakan untuk dua sektor, yaitu :Saving (tabungan) Compsumtion (konsumsi)
            Sedangkan PNB Riil dihitung dengan rumus :
Text Box: IH to 	= Indeks harga pada tahun sebelumnya
PNB Riil tn	= PNB Riil pada tahun n
IH tn	= Indeks harga pada tahun n
PNB tn	= PNB pada tahun n

Text Box: 		  IH to
PNB Riil t n = 		  x PNB tn
		  IH tn
           



 
           


           
B. DISTRIBUSI PENDAPATAN NASIONAL
         Distribusi pendapatan nasional merupakan unsur penting untuk mengetahui tinggi rendahnya kesejahteraan atau kemakmuran suatu Negara. Untuk mengetahui tingkat pemerataan distribusi pendapatan suatu Negara dapat diketahui dari grafik yang dinamakan Kurva Lorenz, artinya kurva yang menggambarkan hubungan antara distribusi jumlah penduduk dengan distribusi pendapatan. Sedangkan indicator untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan adalah Koefisien Gini atau Indeks Gini.
         Untuk lebih jelasnya perhatikan kurva Lorenz berikut ini.
Keterangan :
1.   Semakin besar indeks gini, semakin timpang (tidak merata) distribusi pendapatannya
2.   Semakin kecil indeks gini, semakin merata distribusi pendapatannya
3.   Kurva Lorenz ditunjukkan garis lengkung OA
4.   OA merupakan garis kemerataan sempurna
5.   Indeks Gini / Koefisien Gini dirumuskan :
        IG  =
 
         E                                                     A     





Text Box: %  Pendapatan


B
 

 





                                                            B



C
 
 





% Penduduk
 
         O                                                   D

         Kriteria nilai Indeks Gini atau Koefisien Gini sebagai berikut :
a.    Kurang dari 0,4 atau 40%, tingkat ketimpangannya rendah
b.    Antara 0,4 (40%) sampai dengan 0,5 (50%), tingkat ketimpangannya sedang
c.     Lebih besar dari 0,5 atau 50%, tingkat ketimpangannya tinggi

D.    PENDAPATAN PERKAPITA.
Pendapatan Perkapita adalah Pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk dalam suatu Negara selama kurun waktu 1 tahun, atau ditentukan oleh besarnya pendapatan nasional dan jumlah penduduk.
Pendapatan perkapita dapat dihitung sebagai berikut :





Text Box: 		PDB tahun t
PDB per kapita = 
		Jumlah Penduduk tahun t
Text Box: 		PNB tahun t
PNB per kapita = 
		Jumlah Penduduk tahun t
 


                                                                                     Atau



Tinggi rendahnya PDB atau PNB dan Pendapatan perkapita suatu Negara oleh Bank Dunia dikelompokkan ke dalam 4 kelompok berdasarkan pendapatan perkapita pada tahun 2003, yaitu :
a.    Kelompok Negara berpendapatan rendah (low income economies), yaitu Negara-negara yang memiliki PNB perkapita sekitar $ 675 atau kurang
b.    Kelompok Negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income economies), yaitu Negara-negara yang mempunyai PNB perkapita sekitar $ 675 sampai dengan $ 2.695
c.     Kelompok Negara berpendapatan menengah tinggi (upper middle income economies), yaitu Negara-negara yang mempunyai PNB perkapita sekitar $ 2.696 sampai dengan $ 8.335           
d.    Kelompok Negara berpendapatan tinggi (hight income economies), yaitu Negara-negara yang mempunyai PNB perkapita sekitar $ 8.335 atau lebih
Pendapatan per kapita suatu negara dinyatakan dengan nilai tukar uang luar negeri atau dinyatakan dalam dollar Amerika Serikat, sehingga dapat membandingkan dengan negara lain, terutama negara-negara sekitar yang dekat, misalnya ASEAN dan G-20
Berikut ini data pendapatan perkapita dari beberapa negara di dunia tahun 2009 yang tergabung dalam G-20 :
No.
Negara
Pendapatan Perkapita
No.
Negara
Pendapatan Perkapita
1.
Amerika Serikat
$ 45.550
11.
Meksiko
$   7.703
2.
Kanada
$ 38.589
12.
Brazil
$   6.526
3.
Perancis
$ 39.922
13.
Argentina
$   7.732
4.
Inggris
$ 32.798
14.
Turki
$   7.840
5.
Jerman
$ 37.307
15.
Afrika Selatan
$   4.943
6.
Italia
$ 33.253
16.
Arab Saudi
$ 14.656
7.
China
$   3.622
17.
India
$      982
8.
Rusia
$   8.230
18.
Indonesia
$   2.030
9.
Jepang
$ 39.116
19.
Australia
$ 34.974
10.
Korea Selatan
$ 14.946
20.
EU27
$ 30.844
Sumber : IMF





BAB VII
KONSUMSI, TABUNGAN DAN INVESTASI

A. FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN
1.      Pengertian
Keterangan:
Y = income/pendapatan
C = consumption/konsumen
S = saving/tabungan
I = investment/investasi

 
Dalam suatu perekonomian, pendapatan masyarakat suatu negara secara keseluruhan (pendapatan nasional) dialokasikan ke dalam dua kategori penggunaan, yaitu untuk keperluan konsumsi dan tabungan. Menurut John Maynard Keynes, pendapatan suatu negara dapat dirumuskan sebagai berikut.
Text Box: Y = C + Sa.      Ditinjau dari segi perseorangan



b.      Ditinjau dari segi perusahaan





Text Box: Y = C + I


Text Box: S = I

 



Dari dua persamaan tersebut berarti besarnya

2.      Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara konsumsi (C) dengan pendapatan (Y). pada umumnya fungsi konsumsi diasumsikan mempunyai persamaan linear, sebagai berikut.
Text Box: C = a + bY


                                  Syarat mutlak fungsi Konsumsi :
                                   Nilai a = Harus positif
                                  Nilai b = Harus positif
Dimana:                
C = tingkat konsumsi nasional
a = besarnya pengeluaran konsumsi pada  saat pendapatan nasional nol atau Autonomous   Consumption.(konsumsi otonom)
b = MPC (Marginal Propencity to consume) yaitu hasrat untuk berkonsumsi batas
Untuk mengetahui  besarnya a, dihitung dengan menggunakan rumus.


Text Box: a = (APC –MPC)Y
 



Dimana APC menunjukkan besarnya Average Propencity to Consume artinya hasrat untuk berkonsumsi rata-rata. MPC adalah perbandingan antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat pendapatan nasional, dengan besarnya tingkat pendapatan nasional itu sendiri.
Text Box: APC =  
	Y
Jadi:



Keterangan :
DC = Kenaikan konsumsi
DY = Kenaikan, perubahan, tambahan, penurunan, peningkatan pendapatan
 
 
Text Box: b = MPC =  Sedangkan




3.    Fungsi Tabungan
                                 Fungsi tabungan yaitu fungsi yang menunjukkan hubungan antara tabungan (S) dengan pendapatan (Y).
Fungsi tabungan dapat dirumuskan sebagai berikut
Text Box: S = -a + (1 – b) Y                                                                        Syarat Mutlak fungsi tabungan :              
                                                                        Nilai a               = harus negatif
                                                                        Nilai 1 – b          = harus positif






Keterangan :
DS = Kenaikan Tabungan
DY = Kenaikan pendapatan

 

Text Box: 1– b atau MPS =

 




Dimana:
S     = tingkat tabungan nasional.
           1 – b = MPS (Marginal Propencity to save) yaitu hasrat untuk menabung batas.

4.    Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi dan tabungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi dan tabungan negara atau masyarakat diantaranya :
1.    Tingkat pendapatan rumah tangga
2.    Kekayaan yang telah terkumpul
3.    Tingkat suku bunga yang berlaku
4.    Sikap berhemat / tidak berlebihan dalam berbelanja
5.    Keadaan perekonomian suatu negara
6.    Distribusi pendapatan / Pemerataan pendapatan
7.    Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi / program pensiun
8.    Jumlah dan komposisi penduduk atau masyarakat

5.      Tingkat pendapatan BEP (Break Even Point) atau Break Even Income (BEI).
Tingkat pendapatan BEP adalah tingkat pendapatan di mana besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran untuk konsumsi.
Text Box: Y = C atau S = 0                                                                     Dimana    Y = Tingkat Pendapatan
                                                                                    C = Fungsi Konsumsi
                                                                                    S = Fungsi Tabungan

6.      Hubungan Antara MPC (marginal Propencity to Consume) dengan MPS (Marginal Propencity to Save)
Hubungan Antara MPC apat dinyatakan seperti berikut ini.


Text Box: MPC + MPS = 1 atau MPC = 1 – MPS atau MPS = 1 - MPC
 



7.      Angka Pengganda (Multiplier)
Angka pengganda atau Angka Pengganda Pendapatan adalah angka yang menunjukkan tambahan pendapatan nasional akibat adanya perubahan konsumsi atau tabungan. Angka pengganda biasa ditulis dengan huruf k dan dirumuskan sebagai berikut.





Text Box: k =
Text Box: k =
 
                                                            atau


Angka pengganda pendapatan tersebut juga sama dengan atau berlaku untuk angka pengganda belanja pemerintah (Government Multiplier), angka pengganda Investasi (Investment Multiplier) dan angka pengganda Ekspor / ekspor netto (Export Multiplier).

Angka pengganda Pajak dirumuskan :





Text Box: k =
Text Box: k =
 
                                                            atau


Angka pengganda Impor dirumuskan :





Text Box: k =


MPM = Marginal Propencity to Impor (Hasrat mengimpor batas)
 

 


                                                                    


   8.  Grafik fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
- Untuk fungsi konsumsi dimulai dari titik a
- Untuk fungsi tabungan dimulai dari titik –a
- Kemudian kedua titik tersebut ditarik garis lurus memotong titik BEP

B.   HAL-HAL LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI KONSUMSI DAN FUNGSI TABUNGAN

1.   Menentukan besarnya kenaikan kunsumsi tambahan konsumsi (C)
Text Box: ▲C = ▲ Y (1 – MPS) 



2.   Menentukan besarnya kenaikan tabungan atau tambahan tabungan (S)


Text Box: ▲S = ▲ Y (1 – MPC)
 



3.   Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (Y), jika terdapat kenaikan tabungan (S) atau kenaikan Investasi (I)





Text Box: ▲Y =
Text Box: ▲Y =
 
                                      Atau



4.   Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (Y) jika terdapat kenaikan belanja pemerintah (G)


Text Box: ▲Y =
 
                                         



5.   Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (Y) jika terdapat kenaikan belanja pemerintah (G) dan Pajak yang sama besarnya atau (G = T)






Text Box: ▲Y =  ▲G

Text Box: ▲Y =

 
                                                                              Atau    
                                                                 

6.   Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (Y) jika terdapat kenaikan belanja pemerintah (G) dan adanya pajak proporsional t %


Text Box: ▲Y =
 
                                                           



Dalam analisis perhitungan pendapatan nasional suatu negara, keseimbangan perekonomian negara pada perekonomian dua sektor, dapat dirumuskan sebagai berikut
Text Box: Y = C + I   atau    S  =  I                                                                        C = Fungsi konsumsi
                                                                        I   = Besarnya investasi
                                                                        S = Fungsi tabungan


C.  PENDAPATAN NASIONAL DALAM PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR DAN EMPAT SEKTOR
      1.   Perekonomian dalam Tiga Sektor
Analisis Pendapatan Nasional pada perekonomian tiga sektor membagi aktivitas perekonomian ke dalam tiga pelaku utama dalam perekonomian, yaitu Sektor Rumah Tangga (C), Sektor Perusahaan (I) dan Sektor Pemerintah (G). Sehingga syarat keseimbangan dalam perekonomian dirumuskan :


Text Box: Y = C + I + G
 




      2.   Perekonomian dalam Empat Sektor
Analisis Pendapatan Nasional pada perekonomian empat sektor membagi aktivitas perekonomian ke dalam empat pelaku utama dalam perekonomian, yaitu Sektor Rumah Tangga (C), Sektor Perusahaan (I), Sektor Pemerintah (G) dan Sektor Luar Negeri (X – M) atau Ekspor Neto. Sehingga syarat keseimbangan dalam perekonomian dirumuskan :
Text Box: Y = C + I + G + (X – M)     





Tidak ada komentar:

Posting Komentar